Yahudi, Kristen dan Islam biasa disebut agama-agama Ibrahimi (abrahamic
religions), karena pokok-pokok ajarannya bernenek moyang kepada ajaran nabi
Ibrahim (sekitar abad 18 SM), yaitu agama yang menekankan keselamatan melalui
iman, menekankan keterkaitan atau konsekuensi langsung antara iman dan
perbuatan nyata manusia.
Menurut agama-agama samawi itu, Tuhan tidak dipahami sebagai yang
berfokus pada benda-benda (totemisme), atau upacara-upacara (sakramentalisme)
seperti pada beberapa agama lain, tetapi sebagai yang mengatasi alam dan
sekaligus menuntut manusia untuk menjalani hidupnya mengikuti jalan tertentu
yang ukurannya ialah kebaikan seluruh anggota masyarakat manusia sendiri.
Dengan kata lain, selain bersifat serba transendental dan maha tinggi, Tuhan
juga bersifat etikal, dalam arti bahwa Ia menghendaki manusia untuk bertingkal
laku yang etis dan bermoral.
Karena menekankan amal perbuatan yang baik dan benar itu , para ahli
kajian ilmiah tentang agama-agama menyatakan Islam dan Yahudi yang juga sering
disebut agama semitik (semitic religion) ini, tergolong agama etika (ethical
religion), yakni agama yang mengajarkan bahwa keselamatan manusia tergantung
pada perbuatan baik dan amal salehnya.
Ini berbeda dari agama Kristen yang juga termasuk agama semitik,
disebabkan teologinya berdasarkan doktrin kejatuhan (fall) manusia (Adam) dari
surga yang menyebabkan kesengsaraan abadi hidupnya, mengajarkan bahwa manusia
perlu penebusan oleh kemurahan (Grace) Tuhan dengan mengorbankan putra
tunggalnya, Isa al-Masih untuk disalib menjadi "Sang Penebus".
Maka kajian ilmiah menggolongkan agama Kristen sebagai agama
sakramental (sacramen relegion) yaitu agama yang mengajarkan bahwa keselamatan
itu diperoleh melalui sang penebus dosa, dan penyatuan diri kepadanya dengan
memakan roti dan minum anggur yang telah ditransubstansiasikan menjadi daging
dan darah Isa al-Masih dalam upacara Sakramen Ekaritsi.
Menurut Artur Hyman semua agama yang bersumber pada kitab suci wahyu
mempunyai masalah yang sama menyangkut doktrin tentang penciptaan alam, tapi
agama-agama itu berbeda sampai batas bahwa yang lain mengalami persoalan
pemikiran atau filsafat.
Umat Yahudi mempunyai masalah mengenai persoalan tertentu seperti
Israel sebagai bangsa pilihan dan keabadian hukum. Umat Islam menghadapi
persoalan apakah al-Quran sebagai firman Allah itu diciptakan atau abadi. Umat
Kristen sendiri menghadapi berbagai deretan persoalan yang serupa, kelak yang
dikatagorikan sebagai "misteri" antara lain doktrin Trinitas Suci (Holy
Trinity) dan Sakramen Ekaritsi yang merupakan sesuatu yang tipikal.
Doktrin Trinitas mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dengan tiga pribadi
Bapak, Anak dan Roh Suci, Tuhan adalah satu sekaligus tiga. Sakramen Ekaritsi
mengisyaratkan perubahan roti dan anggur ekaritsi menjadi daging dan darah
Kristus, proses yang dikenal dengan transubstansiasi. Jadi dapat dikatakan
bahwa agama Kristen dalam sisi tertentu mengalami tantangan yang lebih sulit
diatasi daripada agama Islam atau Yahudi.
Lebih lanjut, karena alasan-alasan teologis dan historis atau doktrin
etika dan politik, Kristen berbeda dari agama Yahudi dan Islam. Salah satu
perbedaannya adalah konsep tentang manusia, manusia mengalami kejatuhan dari
surga, sebab itu perlu kemurahan Tuhan untuk penyelamatan. Meski para pemikir
Kristen mengagumi hasil-hasil temporal doktrin-doktrin etika dan politik,
mereka menganggap bahwa doktrin dan hasil itu masih belum cukup untuk
keselamatan manusia.
Sebaliknya, sejumlah pemikir Muslim dan Yahudi, khususnya mereka yang
berkecenderungan Aristotelian, menggambarkan hidup yang baik berdasarkan
pengembangan nilai-nilai utama moral dan intelektual, lalu mengidentifikasi
hidup sesudah mati dengan wujud bukan jasmani dan intelek.
Kitab suci diperlukan dan dipahami dalam berbagai cara guna menetapkan
aturan tertentu bagi kehidupan intelektual, membuat hukum yang bersifat umum
menjadi spesifik, menjadikan pendapat yang benar bisa digapai semua orang, atau
memberi ajaran tertentu secara mendalam yang tidak bisa didapat dengan cara
lain. Bagi kaum Yahudi dan Muslim, ajaran filsafat, moral dan politik berada
tidak terlalu jauh dari yang ada dalam agama.
Persoalan teologis yang dialami agama Kristen, terutama yang menyangkut
doktrin Trinitasnya membuat watak monotheismenya sudah tidak murni lagi.
Malahan bapak sosiologi modern, Max Weber, membenarkan tesis itu dengan
mengatakan bahwa hanya agama Yahudi dan Islam yang secara tegas bersifat
monotheistis, meski pada yang kedua (Islam) terjadi beberapa penyimpangan
dengan adanya kultus kepada orang yang dipandang suci (wali) yang muncul
kemudian.
Trinitarianisme Kristen tampak memiliki kecenderungan monotheistis
hanya bila dikontraskan dengan bentuk-bentuk tri theistis (paham) tiga Tuhan,
Hinduisme, Budisme dan Taoisme. Tentunya tidak berlebihan jika Weber mencatat
praktik-praktik yang menyimpang dari monotheisme Islam yang murni dan radikal
itu, yaitu berupa pemujaan kepada para wali dan kuburannya hampir di seluruh
dunia Islam.
Kenyataan ini merupakan sesuatu yang ironis, mengingat nabi Muhammad
telah memperingatkan untuk tidak mengagungkan keturunan apapun dan siapapun.
Tesis Weber ini kiranya perlu dijadikan bahan instrospeksi diri dan renungan
kaum Muslimin sendiri.
Tentang determinisme sejarah orang Yahudi menjadi ras suatu dunia yang hebat,
atau masyarakat pilihan (a distinctive community), ini tidak bisa dipisahkan
dari partisipasi mereka dalam peradaban Islam masa lalu yang begitu jauh dan
dalam.
Kosa kata keimanan Islam masuk kedalam buku-buku Yahudi, al-Quran
menjadi dalil mereka. Kebiasaan orang-orang Arab mengutip syair dalam banyak
karyanya ditiru oleh orang-orang Yahudi.
Tulisan-tulisan mereka penuh dengan kalimat-kalimat yang berasal dari
para ilmuwan, filosof dan ahli kalam Arab/Islam. Sastra Arab yang asli atau
yang impor menjadi latar belakang umum apa saja yang ditulis orang-orang
Yahudi.
Semua itu berlangsung begitu lama, tidak ada rasa permusuhan terhadap
ilmu asing, tanpa rasa curiga kepada dampak yang negatif atau berbahaya,
sebagaimana yang telah diingatkan oleh sumber-sumber kitab Talmud kepada meraka
untuk mempelajarinya. Karena itu sampai ada sebutan Yahudi Islam, orang-orang
Yahudi yang sudah sedemikian rupa terpengaruh oleh ajaran Islam mereka itu
sebenarnya adalah "orang-orang Yahudi jenis baru" (a new type of Jews).
Dengan pengalaman kaum Yahudi yang begitu indah dalam pangakuan Islam
itu, banyak dari mereka yang sadar bahwa berdirinya negara Israel merupakan
suatu malapetaka atau anakronistik. Malahan bisa dipandang sebagai hal yang
tidak relevan, baik secara historis, berkaitan dengan pengalaman indah umat
Yahudi pada masa Islam klasik, atau secara geografis, karena Palestina telah
berabad-abad berada ditangan orang-orang Arab, yang sebagian mereka itu
termasuk Yahudi yang sudah ter-Arabkan, berdirinya negara Israel merupakan
kedzaliman diatas kedzaliman, kedzaliman terhadap sejarah mereka sendiri dalam
kaitannya dengan peradaban Islam, dan kedzaliman terhadap bangsa Arab yang
telah menjadi pelindung mereka berabad-abad lamanya.
Masalah etika dan politik sangat dijunjung tinggi dan dihormati oleh
agama Yahudi. Prinsip-prinsip etika itu diformulasikan dalam kalimat-kalimat
yang indah dan menarik. Diawali dengan kata negasi (jangan) dan imprasi
(kerjakan).
Dikenal dengan sepuluh perintah Tuhan, Ten Commandements atau
"al-Wasaya al-`Ashar" (sepuluh wasiat), yang isinya:
- Akulah Tuhanmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu.
- Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhanmu, Tuhan yang pemerhati, yang membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku, dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.
- Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya secara sembarangan.
- Ingat dan sucikanlah hari Sabat; enam hari lamanya kamu bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhanmu, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, kamu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, hambamu laki-laki, hambamu perempuan, lawanmu, atau orang-orang asing yang ada di tempat kediamanmu.
- Hormatilah bapak dan ibumu agar umurmu lanjut di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu.
- Jangan membunuh.
- Jangan berzina.
- Jangan mencuri.
- Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
- Jangan menginginkan rumah sesamamu, istrinya, hambanya laki-laki, hambanya perempuan, lembunya, keledainya atau apapun yang menjadi miliknya.
Selain itu masih ada sejumlah kepercayaan mendasar yang ditulis oleh
para pemikir dan pemuka agama Yahudi, antara lain Musa bin Maimun atau
Maimonides pada akhir abad ke-12. Tulisan ini merupakan keterangan tambahan
terhadap komentarnya tentang Mishna karya Sanhedrin, yang kemudian dikenal
dengan Credo, terdiri atas 13 keyakinan, yaitu:
- Percaya kepada Tuhan
- Tuhan Yang Esa
- Tuhan Yang Maha Kuasa
- Tuhan Yang Maha Kekal
- Semua ibadah untuk Tuhan
- Percaya kepada Rasul Tuhan
- Percaya terhadap Musa sebagai Rasul Tuhan
- Dan Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa di Sinai
- Kitab itu kekal
- Tuhan Maha Tahu
- Percaya tentang pahala dan dosa, baik di dunia dan akhirat
- Percaya akan datangnya Massiah, juru selamat
- Percaya adanya kehidupan sesudah mati.
A. Apa dan Siapa Yahudi Itu?
Judaism (agama Yahudi) adalah agama yang dianut oleh sekelompok kecil
masyarakat, yaitu masyarakat Yahudi.
Berjumlah kurang lebih 16 juta jiwa pada puncak pertumbuhannya sebelum
Perang Dunia ke II. Sekarang berkurang sekitar sepuluh atau sebelas juta jiwa,
akibat kekejaman kelompok-kelompok yang berusaha menghancurkan akar, cabang,
etnis dan agama ini.
Menurut catatan Psalm yang ditulis oleh David, dan Epigram, yang
disusun oleh Sulaiman, jumlah mereka kurang dari satu juta jiwa pada hari
nasionalnya, dan tidak lebih dari 4-5 juta ketika nasib politik mereka sebagi
bangsa tersumbat pada tahun 70-an, dan harus memasuki panggung sejarah
(Historic Career) sebagai masyarakat dunia yang religious dengan tuntutan kitab
sucinya, The Bible, akhir abad pertengahan abad 13, ketika agama Yahudi
mencapai puncak perkembangannya dan memberikan sumbangan besar terhadap
peradaban Eropa, jumlah populasi mereka di Eropa tidak lebih dari satu juta
jiwa.
Berkurangnya populasi Yahudi ini disebabkan oleh persoalan seputar
apakah Yahudi itu ras atau bukan. Sementara orang berpendapat bahwa Yahudi itu
ras, mengingat banyak tulisan yang membenarkan pendapat diatas. Tapi kebenaran
tesis ini membawa ironi bagi umat Yahudi ketika Jerman dibawah rezim Nazi
(Adolf Hitler) tahun 1930, melakukan eksterminasi (pembantaian) terhadap
orang-orang Yahudi dengan alasan bahwa mereka itu ras yang hina (an inferior
race).
Menurut catatan Holocaust, sekitar enam juta orang Yahudi, baik
laki-laki, perempuan maupun anak-anak mati terbunuh di kamp Konsentrasi Jerman
dan Polandia selama perang dunia kedua. Dari sini terlihat jelas bahwa
orang-orang Yahudi kini bisa disebut sebagai ras, hanya persoalannya ialah
sulit untuk mengidentifikasikan mereka, karena banyaknya ras Yahudi yang ada.
Mereka itu tersebar dimana-mana di banyak bagian belahan dunia ini,
dikenal dengan sebutan anak-anak Israel (The Children of Israel), Yahudi.
Dimana ada penduduk dunia baik Timur, Barat, Utara maupun Selatan disana bisa
ditemukan orang Yahudi.
Di Abyssina misalnya, orang Yahudi berkulit hitam, persis seperti
penduduk aslinya. Ada sejumlah orang Yahudi di Negara Cina, juga mirip dengan
penduduk aslinya berkulit kuning dan bermata sipit. Di Italia, orang Yahudi
berkulit kehitam-hitaman dan bermata hitam. Di Rusia Utara, Kanada, Swedia dan
Norwegia, orang Yahudinya bisa ditengarai dengan rambut pirang, kulit putih dan
mata biru. Sedang di Denmark, Jerman dan Irlandia, golongan Yahudinya berambut
merah dan bermata biru. Di daerah yang beriklim panas, kaum Yahudinya berbadan
pendek dan berambut hitam. Sementara di negara-negara yang beriklim dingin
mereka umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih.
Hebatnya, semua orang Yahudi yang bertempat tinggal di negara-negara
itu selalu menggunakan bahasa nasional negara bersangkutan. Di Italia mereka
berbahasa Itali, di Inggris berbahasa Inggris, di Cina juga berbahasa Cina, dan
seterusnya. Meskipun tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya, berbeda
bentuk fisik dan tutur bahasanya, tapi orang-orang Yahudi itu merasa akrab bila
bertemu dan berada di tengah-tengah saudara-saudara yang lain.
Keakraban ini disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor pertama dan
utama yang merajut keakraban itu tak lain adalah ikatan keagamaan mereka yang
kuat. Ikatan atau hubungan itu memang terasa unik dalam agama Yahudi.
Agama ini tidak bisa dipahami tanpa mengetahui kehidupan orang Yahudi
secara terus menerus. Dengan proses konversi agama yang normal, agama ini dapat
mengakomodasi dan mengasimilasi setiap individu, bahkan semua bangsa, dan hal
ini sudah dilakukan. Tapi bila orang Yahudi musnah dan lenyap dari dunia ini,
agama ini juga musnah bersama mereka. Sementara orang lain yang tidak punya
hubungan kesejarahan (historic connection) dengan masa lalu orang Yahudi pada
dasarnya bisa menjadi penerus tradisi ajaran Yahudi.
Namun pemahaman, upacara dan penghayatan, di mana prinsip-prinsip
Yahudi ada di dalamnya, dan menjadi bangunan agama ini (a body of Judaism),
tidak akan bermakna bagi mereka yang nenek moyangnya tidak pergi ke luar tanah
Mesir, atau siapa saja yang tidak lahir dalam tradisi, yang bapaknya pernah
tinggal di kaki Sinai. Juga mereka dan anak cucunya yang tidak selalu berada
dalam kerajaan para pendeta dan bangsa yang suci (a holy nation).
Karena itu ikatan yang tak terpisahkan antara orang Yahudi dan agamanya
merupakan bagian dasar agama ini. Ia berbeda dari agama Kristen yang selalu
berharap belas kasihan dan kemurahan Tuhan.
Bagi para pemeluknya, agama Yahudi pada hakekatnya bukan ditilasi air
mata dan duka cita orang lain yang diberikan secara cuma-cuma oleh belas kasih
tangan Tuhan, atau didapat melalui misteri keimanan, tapi harus dengan
kesabaran dan ketegaran atas berbagai persoalan yang mereka alami berabad-abad
lamanya, berupa pengalaman bangsa yang bersejarah, yang disinari oleh ajaran
para nabi dan orang-orang bijak mereka.
Maka agama Yahudi bisa menampakkan jati dirinya dalam dua dimensi,
universal dan nasional. Sebagai sistem pemikiran keagamaan (a system of
religious thought), ia bersikap universal, prinsip-prinsip etikanya merangkul
seluruh umat manusia.
Sebagai kultus keagamaan (a religious cult), ia bersifat nasional
ditengarai oleh ikatan kesejarahan dan warna kedaerahan, disiplin agamanya
hanya mengikat para pemeluknya saja. Sebagai contoh ialah keberadaan organisasi
sosial elite seperti Rotary Club, Lion Club dan lainnya yang berdiri di
kota-kota besar di Indonesia, yang berorientasi pada masalah kemanusiaan,
pengobatan massal (operasi katarak dan bibir sumbing), pembuatan patung polisi,
MCK, pemberian bingkisan lebaran, terkadang salat tarawih dan buka puasa
bersama.
Bila benar semua itu merupakan jaringan (network) Yahudi internasional,
maka hal itu harus dilihat dari kerangka pikir "Sistem pemikiran
keagamaan" Yahudi yang bersifat universal yang dapat diartikulasikan oleh
semua etnis dan ras dunia.
Sebaliknya, jika orang Yahudi merayakan hari Sabat pergi ke Sinagog
atau kegiatan ibadah lainnya, hal ini harus diletakkan dalam perspektif
"kultus keagamaan" Yahudi yang bersifat nasional itu, yang mengikat
hanya para pemeluknya saja.
Menanggapi persoalan di atas, Ahmad Syalaby mengatakan karena belum
merasa puas terhadap organisasi Masonisme, orang-orang Yahudi lalu mendirikan
organisasi lain yang bertujuan menggalang solidaritas sosial kemanusiaan
bernama Rotary Club.
Klub-klub ini terdapat di hampir seluruh kota-kota besar atau
metropolitan dunia dan bergerak pada masalah-masalah kemasyarakatan seperti
Sarasehan, Seminar, Pelayanan Kesehatan, Perbaikan Lingkungan, Upacara
Keagamaan dan lain sebagainya.
Juga berupaya mempererat ikatan persaudaraan sesama anggotanya yang
berasal dari berbagai negara dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda. Dengan demikian, orang-orang Yahudi bisa berinteraksi dengan
mereka atas dasar persaudaraan dan kasih sayang yang pada gilirannya dapat
merealisasikan keinginan dan cita-citanya baik dalam lapangan ekonomi,
industri, politik, media masa maupun lainnya.
Karena kegiatan klub-klub atau organisasi ini bisa menimbulkan bahaya,
Vatikan melalui Majelis Tertinggi Tahta Suci, pernah mengeluarkan satu dekrit
pada tanggal 20 Desember 1950 yang isinya melarang para ahli dan pemuka agama
Kristen memasuki perkumpulan yang dikenal dengan nama Rotary Club ini, dan
mengikuti kegiatan-kegiatannya.
Mereka juga diminta untuk mematuhi dekrit bulan 4 April 1964 nomor 684
yang berisi larangan melibatkan diri pada perkumpulan "Masonisme"
yang keberadaannya masih belum jelas (rahasia) dan kegiatannya masih diragukan.
Sekalipun disimbolkan dengan jargon-jargonnya yang menarik seperti kemerdekaan,
persaudaraan dan persamaan, organisasi itu menurut Paus tetap mengundang bahaya
bagi umat Katholik
Mengenai masalah siapa itu Yahudi atau kapan seseorang bisa dikatakan
Yahudi, hal ini bisa dijelaskan dengan memahami tradisi yang menjadi wacana
dasar agama Yahudi.
Agama ini mengajarkan bahwa bila anak lahir dari ibu yang Yahudi, maka
ia disebut Yahudi, tanpa memandang siapa yang mengasuh dan membesarkan anak
itu. Sebagai contoh, anak yang lahir dari bapak Yahudi dan ibu non Yahudi, ia
tidak bisa dikategorikan Yahudi, tapi yang bersangkutan bisa berbuat atau
melakukan sesuatu sebagai Yahudi, pergi ke Sinagog, merayakan Sabat atau
hari-hari keagamaan dan bergaul dengan sesama teman-temannya yang Yahudi.
Di sisi lain, anak dari bapak non Yahudi dan ibu Yahudi, tapi
dibesarkan atau dididik sebagai Kristen, ia masih disebut Yahudi menurut
kacamata Yahudi, sekalipun asuhan itu membuat ia buta sama sekali tentang agama
Yahudi. Yang jelas, dalam perspektif Yahudi, bukan asuhan, didikan atau
pengetahuan yang menentukan status anak menjadi Yahudi, tapi agama Ibu (the
religion of the mother).
Persoalan lain yang sering menjadi wacana intelektual seputar Yahudi
ialah masalah apakah Yahudi itu bisa digolongkan sebagai masyarakat religius
atau tidak.
Memang secara spintas dapat digambarkan bahwa Yahudi itu adalah
masyarakat agamis, tapi kenyataannya, banyak yang menganggap mereka bukan
termasuk golongan itu. Malahan mereka mengatakan sebagai penentang agama dan
lebih bangga menyebut dirinya orang Yahudi saja.
Masalah lain, kita tidak bisa menyatakan bahwa Yahudi itu merupakan
"masyarakat bangsa", karena mayoritas umat Yahudi dunia tidak mesti
tinggal di negara Yahudi (Israel), tapi di banyak negara dunia ini.
Barangkali istilah yang tepat untuk mereka ialah kelompok etnis (ethnic
group), dalam arti meliputi seluruh orang Yahudi baik yang agamis, sekuler,
nasional maupun zionis. Mereka itu tidak harus berasal dari Israel, karena yang
hidup di sana ada yang Muslim dan ada juga yang Kristen.
Dari mereka ada yang tidak makan daging babi sebagaimana orang Islam
dan ada pula yang tidak mengetahui sama sekali masalah agama. Satu hal yang
tidak bisa dibantah bahwa agama mereka mengakui Yahudi sebagai satu masyarakat,
meski sudah terjadi perubahan pada agama ini selama berabad-abad.
Yang jelas agama Yahudi saat ini berbeda dari agama Yahudi era Bibel,
hanya pada masa lalu saja bisa dijumpai kelompok-kelompok religius yang
pluralistik. Karena sekarang terdapat banyak institusi pemikiran yang mampu
mempertemukan berbagai ide dan hal-hal yang praktis, banyak orang Yahudi yang
berbeda dari lainnya.
B. Asal Usul Yahudi
Untuk mengetahu asal usul Yahudi tidak bisa terlepas dari keharusan
untuk mengetahui tokoh Ibrahim yang dalam hal ini dipandang sebagai nenek
moyang tiga agama monotheistik dan semitik, Yahudi, Kristen dan Islam.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Ibrahim tampil dalam pentas sejarah
sekitar 3.700 tahun yang lalu. Ia berasal dari Babylonia, anak seorang pemahat
patung istana yang bernama Azar "atau Terach dalam Kitab Madrash yang
ditulis para rabii pemula".
Sejak usia bocah Ibrahim sudah menampilkan cara berfikir tajam dan
kritis. Suatu saat ia melihat hal yang tidak sesuai dengan akal sehatnya,
ayahnya memahat batu dan setelah selesai menjadi patung sang ayah lalu
menyembahnya.
Ibrahim memberontak yang berakibat ia harus dihukum bakar, tapi
berhasil diselamatkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia kemudian lari atau hijrah
ke arah Barat, tepatnya ke daerah Kanaan, yaitu Palestina selatan. Karena
daerah ini mengalami wabah paceklik, ia pergi ke Mesir bersama istrinya, Sarah
dan menetap di sana sementara waktu.
Keberadaan Ibrahim sangat mengesankan Firoun, raja Mesir, ia menerima
hadiah seorang wanita budak yang cantik yang bernama Hajar. Lalu ia pulang
kembali ke Kanaan; sebab usianya bertambah lanjut, ia sangat mendambakan
seorang keturunan.
Ia-pun berdoa memohon kepada Tuhan agar diberi keturunan untuk
meneruskan misi kemanusiaan. Istrinya, Sarah berbaik hati dan mengijinkan
Ibrahim mengawini budak perempuan mereka asal Mesir, Hajar. Dari Hajar ia dikaruniai
seorang putra yang bernama Ismael (Ismail), yang dalam bahasa Ibrani berarti
Tuhan telah mendengar, yakni telah mendengar doa Ibrahim yang memohon
keturunan.
Ibrahim sangat mencintai Ismail dan ibunya, Hajar, sehingga menimbulkan
perasaan tidak senang pada istri pertamanya, Sarah. Maka Sarah meminta Ibrahim
untuk membawa Ismail dan ibunya keluar dari rumah tangga mereka. Ibrahim diberi
petunjuk Tuhan dengan bimbingan malaikat-Nya agar membawa anak dan istrinya ke
arah selatan dari Kanaan, sampai ke suatu lembah yang tandus dan gersang, tiada
tumbuhan, yaitu Makkah.
Setelah tiba di lembah tandus itu sesuai dengan petunjuk Tuhan lagi,
Ibrahim kembali ke Kanaan, tapi sekali waktu ia menyempatkan diri menjenguk
Ismail di Makkah sampai anaknya itu mencapai usia dewasa. Sementara Ibrahim
bersama Sarah tinggal di Kanaan, dan terkadang pergi ke Makkah untuk
melaksanakan perintah Tuhan (Haji). Dengan ijin dan kekuasaan Tuhan mereka
dikaruniai seorang putra, Ishaq, yang juga menjadi Nabi dan Rasul Allah untuk mengemban
tugas mengajari umat tentang faham tauhid, dan mempertahankan ajaran itu sampai
akhir jaman.
Malahan sebagai rahmat Allah kepada Ibrahim, dari keturunan Ishaq
banyak lahir para Nabi dan Rasul Allah. Ishaq dianugerahi Tuhan seorang anak
bernama Yaqub yang digelari Israel, yang dalam bahasa Ibrani berarti
"Hamba Allah" jadi identik dengan arti Abd Allah dalam Bahasa Arab,
konon karena ia rajin beribadah menghambakan diri kepada Allah. Anak turun Nabi
Yaqub atau Israel ini berkembang biak, dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi,
yang juga disebut Bani Israel (anak turun Israel).
Anak-anak Yaqub berjumlah dua belas orang, sepuluh orang dari istri
pertama, dua orang lagi dari istri kedua, yaitu Yusuf dan Benyamin. Sepuluh
anak Yaqub itu ialah Rubin, Simon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar Dan, Gad,
Asyar dan Naftali.
Karena berbagai kelebihan Yusuf, Yaqub sangat menyintai anaknya itu
melebihi cintanya kepada anak-anaknya yang lain, dan hal ini mengundang rasa
tidak enak pasa saudara-saudara tuanya dari istri pertama. Lalu mereka
bersekongkol untuk menyingkirkan Yusuf, tapi berkat lindungan Tuhan Yusuf bisa
selamat. Yusuflah yang secara tidak langsung membawa Yaqub beserta seluruh
keluarganya pindah ke Mesir, yang menjadi pusat peradaban dunia waktu itu.
Di Mesir inilah sebenarnya keturunan Yaqub atau Israel itu berkembang
biak melalui anak-anaknya yang dua belas. Maka dari sinilah sebetulnya asal
mula Bani Israel atau Bangsa Yahudi itu terbagi menjadi dua belas suku. Tapi
Firoun yang dzalim itu merasa tidak senang terhadap keturunan Yaqub. Apalagi
sebagian dari keturunan Yaqub itu menganut agama Taurat atau Monotheisme yang
berlawanan dengan agama Mesir yang Mushrik atau Politheistik.
Nabi Dawud sebagai raja kerajaan Judea Samaria digantikan oleh anaknya,
Nabi Sulaiman. Di bawah pimpinan Sulaiman bangsa Yahudi, anak turun Israel atau
Nabi Yaqub ini mengalami jaman keemasan. Yerussalem dibangun dan pada dataran
di atas bukit Zion yang menjadi pusat kota itu, didirikan pula tempat ibadah
yang megah.
Orang Arab menyebutnya Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman, Solomon Temple),
yang juga disebut al-Masjid al-Aqsa, "Masjid yang jauh dari Makkah".
Sebagaimana kota Yerussalem, tempat masjid itu di kenal orang Arab sebagai
al-Quds atau Bait al-Maqdis, Bait al-Muqoddas, yang semuanya berarti kota atau
tempat suci.
Sayang, anak turun Nabi Yaqub itu terkenal sombong dan suka
memberontak. Ini membangkitkan murka Tuhan yang pada gilirannya mereka harus
menerima azab-Nya. Al-Quran sendiri menggambarkan betapa Bani Israel itu
membuat kerusakan di bumi, berlaku angkuh, chauvinis, merasa paling unggul dan
paling benar sendiri. Peristiwa ini terjadi sekitar tujuh abad sebelum masehi,
ketika bangsa Babilonia dipimpin Nebukadnezar datang menyerbu Yerussalen dan
menghancurkan kota itu termasuk masjid Aqsa-nya.
Berkat pertolongan dan kebesaran Tuhan, bangsa Bani Israel bisa kembali
lagi ke tanah Yerussalem. Tapi sekali lagi mereka bersikat congkak dan membuat
kerusakan di muka bumi, maka Allah-pun menurunkan siksa-Nya untuk kedua kali
pada tahun tujuh puluh masehi, karena dosa mereka menolak kerasulan Nabi Isa
al-Masih dan menyiksa para pengikutnya.
Ini bisa dibuktikan ketika kaisar Titus dari Roma meratakan Yerussalem
dengan tanah, dan menghancurkan lagi masjid Aqsa yang mereka bangun. Dari bangunan
itu tidak ada yang tersisa kecuali Tembok Ratap (tempat orang-orang Yahudi
meratapi nasib mereka). Akibat dosa itu orang Yahudi mengalami diaspora,
mengembara di bumi terlunta-lunta sebab tidak bertanah air, dan hidup miskin di
Geto-geto. Bangunan yang hancur itu dibangun kembali oleh umat Islam dan
diwarisinya sampai sekarang.
Yerussalem jatuh ke tangan Arab Muslim pada jaman Umar bin Khattab.
Ketika datang ke sana untuk menerima penyerahan kota itu, ia merasa kecewa
sekali melihat tempat masjid Aqsa telah dijadikan pembuangan sampah oleh umat
Nasrani yang ingin melecehkan agama Yahudi. Umar beserta tentara Islam
membersihkan tempat itu, menjadikan tempat salat dan mendirikan masjid
sederhana. Masjid Umar itu diperbaharui menjadi bangunan megah oleh khalifah
Abd al-Malik bin Marwan dari Bani Umayyah.
Kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan anak cucunya ini dikedepankan dengan
maksud untuk menyadarkan kita semua betapa tokoh yang disebut sebagai imam umat
manusia ini mempunyai kaitan erat dengan agama Islam.
Dari Isa itu tampak bahwa antara Makkah dan Yerussalem ada hubungan
yang sangat erat terutama hubungan antara agama Yahudi, Kristen dan Islam.
Menurut Nabi Muhammad, ada tiga kota suci yang dianjurkan kepada kaum Muslimin
untuk mengunjunginya yaitu Makkah dengan masjid Haramnya, Madinah dengan masjid
Nabawinya dan Yerussalem dengan masjid Aqsanya.
Karena itu ketika Nabi melakukan shalat yang harus menghadap Yerussalem
sewaktu masih di Makkah, ia memilih tempat di sebelah selatan Kabah agar bisa
menghadap ke Kabah sekaligus ke Sakhrah di Yerussalem. Tetapi ketika pindah ke
Madinah, ia tidak bisa melakukan hal itu sebab Madinah terletak di sebelah
utara Makkah. Maka Nabipun mohon perkenan Tuhan untuk pindah kiblat dari
Yerussalem ke Makkah. Perpindahan ini mengisyaratkan makna yang amat dalam
bahwa Nabi mengajarkan dan mengajak manusia kembali ke agama Nabi Ibrahim yang
asli, yang disimbulkan oleh Kabah sebagai peninggalannya yang terpenting.
Agama Nabi Ibrahim yang asli itu biasa disebut Agama Hanafiyah, dan
Ibrahim adalah seorang yang hanif, yang artinya bersemangat kebenaran, dan
Muslim yang berarti bersemangat pasrah dan taat kepada Allah Tuhan Yang Maha
Esa. Maka ketika Rasul Allah terlibat polemik dengan para penganut Agama Yahudi
yang muncul melalui kerasulan Musa sekitar lima abad sesudah Nabi Ibrahim, dan
penganut Agama Nasrani yang muncul sekitar tiga belas abad setelah Nabi yang
sama, wahyu Tuhan kepada Muhammad menegaskan bahwa Ibrahim bukanlah seorang
Yahudi atau seorang Nasrani, melainkan seorang yang hanif dan muslim.
Nabi dan para pengikutnya diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi
Ibrahim yang hanif itu. Berkaitan dengan kesinambungan agam Ibrahim yang hanif
itu, Tuhan sudah wanti-wanti kepada Nabi untuk menjaga keutuhan agama itu,
tidak terpecah belah didalamnya, yaitu agama yang telah diwahyukan kepada Nabi
Ibrahim, Musa dan Isa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar